S1 Seni Rupa Telkom University

We are moving the page to https://bva.telkomuniversity.ac.id/

Berikut beberapa Artikel mengenai Seni Intermedia yang terdapat di berbagai literatur, cetak maupun online:

1. Dalam buku Science and Technology in the Arts (Stewart Kranz, Van Nostran Rheinhold:1974, saduran bebas oleh Umrah (http://umrah93seru.blogspot.co.id/2014/09/tugas-1-intermedia-intermedia-merupakan.html)

INTERMEDIA

Intermedia merupakan interaksi berbagai media: media seni rupa; media panggung (properti); media musik (suara). Karya dikerjakan secara bersama (kolaborasi, kooperasi). Tidak menonjolkan salah satu media. Semua media diarahkan menciptakan satu kesatuan media yang baru. Program Intermedia, merupakan salah satu pelajaran dari 4 jurusan sekolah seni baru di universitas New York, program ini dilayani oleh satu labor seni eksperimen yang tidak mempunyai mahasiswa khusus. Sejauh yang dapat kita mengamati perkembangan kegiatan  seni eksperimental ini di Amerika. Hal ini sangat terkait dengan struktur birokrasi Universitas atas izin yang diberikan kepada mahasiswa untuk bereksperiemn. Umumnya keinginan kelompok ini berbeda dengan yang diajarkan oleh Universitas secara konvensional, pengikutnya bisa bebas seperti para aktor, penari penari, desainer desainer pembuat film dan orang televisi yang kesemuanya penyandang predikat sarjana muda atau di bawahnya. Kegiatan kelompok ini adalah wadah bagi  hubungan langsung antara perupa yang kreatif dan mahasiswa.

Wadah ini, adalah penyalur yang memungkinkan orang datang dan belajar bersama. Oleh sebab itu tidak diperlukan seorang guru menurut pengertian konvensional. Misalnya, Mort Subotnick seorang guru musik yang besar, mengajarkan musik kepada semua mahasiswa yang masuk dalam kelompok kelas musik yang tidak diprogramkan oleh Universitas. Program ini memberikan pengetahuan pertama kepada mahasiswa sebelum mereka mengetahui siapa orang yang mengajar dan  memberikan jalan keluar kepada perupa dalam magang, membantunya dalam pekerjaan yang  sering melibatkan bermacam macan kerja kelompok yang memungkinkan mereka bekerja keras. Yang menarik dalam program intermedia adalah saling keterikatan antara orang orang dan kebutuhan kebutuhan mereka yang tercurah dalam bentuk seni yang berbeda beda.  Kata “intermedia”, semulanya tidak mempunyai kepentingan secara filosofis, tetapi ada saat kritis yaitu pada saat standard konvensi seni lama kemudian diabaikan orang, misalnya waktu kelompok ini mulai bermain dan terlihat melakukan bermacam macam kegiatan, dan di saat mereka mulai menari, atau menggabung tarian dan nyanyian, perupaan dalam bentuk cahaya dan visualisasi tertentu. Hal tersebut sama dengan situasi sekarang bila beberapa perupa yang kuat bermain dengan makna  dan bentuk bentuk baru. Dirasakan bahwa  sangat penting agar mereka diperbolehkan mengerjakan pekerjaan secara bebas, namun salah satu syarat untuk itu dan untuk melaksanakannya mereka harus mempunyai teknologi lanjutan (canggih) yang menarik bagi mereka. Perupa perupa yang paling kuat menurut persepsi orang Amerika sekarang, adalah perupa yang tanpa essel (penggantung canvas). Apakah mereka bekerjasama secara baik atau hanya karena unsur unsur kesempatan dalam bagian teater atau dalam menari atau membuat sesuatu yang lebih jelas, seperti komposisi musik, umumnya mereka belum begitu berhasil seperti yang lain, tidak hanya secara teknis tetapi lebih sering secara sosial, dimana belum terdapat kekompakan dalam meujudkan suatu karya seni. Gagasan awal tentang intermedia bagi Compton justru datang dari negara Asia Tenggara, khususnya dalam mengamati kesenian di Jawa. Di Jawa dan Bali  seni adalah peristiwa interen dalam masyarakat dan hasil bersama gabungan beberapa individu. Compton mulai menyenangi tipe kehidupan kesenian ini dimana setiap aspek kehidupan tidak ada yang tidak berakhir dengan seni. Dia mulai tertarik pada kesenian di Jawa yang pada dasarnya lebih banyak berhubungan dengan keadaan alam dan hubungannya dengan manusia. Pada peristiwa pop art terdapat penilaian bahwa seni ini tidak baik dalam konteks kebudayaan, tetapi seni ini mengagumkan dalam hal kreativitas dan dinamikanya, sebab umumnya pop art ini selalu ada yang baru dan itu berlangsung terus menerus tanpa sempat ada penilaian, lagi pula melibatkan masyarakat secara menyeluruh. Kemudian ditemukan pula bahwa orang yang bekerja di dalam seni ini banyak melibatkan orang hampir tanpa pengecualian tertarik pada masalah masalah yang sangat ruwet dalam teknologi baru.

Compton sangat banyak mengoservasi dan merasakan bagaimana seni komunal terbentuk misalnya pop art itu, yang lain adalah seni seni intermedia dari pulau pulau India Timur yang membuka matanya terhadap apa yang terjadi di sana dan merasa bahwa itu adalah sesuatu yang fantastis, dan dia merasa dari sini dia mendapatkan gagasan pertamanya tentang intermedia.Pada seni rupa masyarakat yang dilihatnya, pada penikmat diperlihatkan berbagai media seni dengan cara demokratis, egaliter. Para pemain berusaha menggambarkan pengamatan sosial yang sedang terjadi kadang kadang penonton juga ikut didalamnya, terlibat secara intens dalam adegan yang ditayangkan. Mereka mempersiapkan bahan bahannya secara bersama dan peduli kepada lingkungan tentang bagaimana lingkungan kita, tentang lingkungan apa yang mereka inginkan sebagai tempat tinggal manusia. Compton juga melihat bahwa para perupa sangat dekat dengan masyarakat. Sampai dia berpikir secara ekstrim bahwa alangkah baiknya  kalau semua museum ditutup, dan membawa karya seni kerumah, karena museum tidak begitu akrab dengan masyarakat. Di bawah kepemimpinan Boyd Compton, program Intermedia sekolah seni baru Universitas New York akhirnya menunjukkan eksistensinya. Compton membawa Len Lie, Anthony Martin, Morton Sobotnick dan perupa perupa penting lainnya ke sekolah ini untuk mengajar dan bekerja dengan mahasiswa dalam program Intermedia resmi yang pertama di negeri ini. Tekanannya adalah pada konsep konsep seni mengaktifkan pengunjung lingkungan dengan media campuran. —

http://2.bp.blogspot.com/-xNt63WmZ1EQ/VCp6AIkQ8UI/AAAAAAAAADY/BitFFjAiKOQ/s1600/yy.jpg

Karya ini adalah gabungan ungkapan  patung, lukisan, fotografi, cahaya dan tekstur

Lukisan terbaru Sydney Cash di atas kertas, karya ini adalah karya tiga dimensi ( patung) yang mengeksplorasi sinar lampu (cahaya) dan bentuk. Dari karya ini kita dapat menangkap esensi  bayang-bayang dan bentuk. Karya ini dapat memberikan sensasi sain/ilmiah, dan terkait pula dengan karya fotografi baik dalam ungkapan gaya nada terang-gelap (tone) dan gaya rendering.

2. Menurut Laman Studio Seni Intermedia ITB

Menurut (Program Studi Seni Rupa FSRD ITB ) Studio Intermedia pada dasarnya menyelenggarakan program pembimbingan yang menghasilkan sarjana seni dengan kemampuan khusus, sebagai berikut : (/Program Studi Seni Rupa FSRD ITB   ITB » Studio Seni Intermedia.htm)

  1. Menghayati dan mempraktikkan kerja seni sebagai proses interdisipliner yang tidak lagi mengacu pada konsep-konsep tradisional tentang medium seni rupa, khususnya dalam paradigma fine art (seni lukis, seni grafis, seni patung).
  1. Menguasai kecakapan medium berbasis teknologi media / digital, sebagai kecenderungan mutakhir seni media baru yang muncul sebagai akibat model representasi, pengalaman tekstual dan relasi-relasi sosial  yang baru dalam kehidupan masyarakat kontemporer.
  1. Menguasai kecakapan medium berbasis waktu (teater, film dan video), sebagai bentu ekspresi yang menggabungkan berbagai disiplin seni sekaligus.
  1. Memahami pola kerja yang mengutamakan respon dan interaksi dengan publik, sebagai konsekuensi munculnya sistem sosial, budaya, industri, ekonomi, kepemilikan, kontrol dan regulasi yang baru dalam  masyarakat di Indonesia.

Dalam mengasilkan karya seni pada seni rupa, pengrupa tidak pernah lepas dari tradisi yang ada pada media seni rupa. Semisalnya seni rupa pada seni lukis yang tradisinya dalam hal melukis para pengrupa tidak pernah lepas dari alat dan bahan yang digunakan untuk melukis. Kanvas, kuas dan cat merupakan suatu media bahan dan alat untuk tadisi yang digunakan melukis. Dalam seni rupa pada seni patung yang trdisinya menggunakan kawat untuk membuat rangka dan semen, pasir pelengkap membuat torso patung dan Fotografi yang menghasilkan foto setelah dicetak.

Dengan adanya mata kuliah intermedia ini mahasiswa dapat belajar seni dalam proses interdisipliner. Yang mana mahasiswa seni rupa tidak hanya belajar seni yang ada pada konsep-konsep tradisional seni rupa. Melainkan mahasiswa dibimbing untuk menghasilkan karya dengan berbagai macam media seni yang di kreasikan.

Misalnya dalam sebuah karya Seni kriya batik yang biasanya dicetak dalam sebauah kain yang digunakan sebagai bahan fungsiaonal dilukis dan digambar diatas kanvas. Membuat patung dari koran bekas dengan lem kayu. Dalam pembelajaran Fotografi yang menangkap suatu gambar dari kehidupan nyata dan hasil gambar yang didapatkan diolah menjadi sebuah animasi atau mengganti becround dalam sebuah foto oleh  komputer dengan aplikasi yang membantu seperti Flash, Photoshop, corel draw dan lain sebagainya. Dari beberapa contoh tersebut merupakan suatu contoh dari karya seni intermedia.

3. Menurut Wikipedia

Intermedia was a term used in the mid-sixties by Fluxus artist Dick Higgins to describe various inter-disciplinary art activities that occurred between genres in the 1960s.[1][2] Thus, the areas such as those between drawing and poetry, or between painting and theatre could be described as “intermedia”. With repeated occurrences, these new genres between genres could develop their own names (e.g. visual poetry or performance art).

4. Menurut Herman Susanto (http://hermansusantogamasera.blogspot.co.id/2014/11/cabang-cabang-seni-intermedia.html)

INTERMEDIA

Intermedia merupakan sebuah cabang seni rupa yang sedang berkembang dan banyak di perbincangkan. Di Indonesia intermedia berkembang dengan sebutan media baru, Pengertian Media Baru. Secara umum, media baru dipahami sebagai media online, internet, atau perangkat terkini untuk sarana komunikasi dan penyebarluasan informasi. Media baru yaitu sarana atau alat komunikasi yang baru muncul atau baru berkembang. Istilah media baru merujuk pada “digital devices“, yakni alat komunikasi elektronik yang “hanya” butuh sentuhan jari.

Pengertian media baru tersebut sebenarnya masih terlalu umum. Belum ditemukan definisi baku tentang media baru karena ada kesulitan dalam merumuskan definisinya.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan seni media baru adalah perkembangan seni rupa, namun ini bisa saja menjadi salah karena faktanya media baru bukanlah seni rupa meskipun ia adalah seni yang lahir dari perkembangan budaya ‘visual’ dari teknologi informasi (TI) dan media (TM) dimana elemen interaktifitas, virtualitas dan imaterialitas juga penting. Seni media baru terbentuk dari persilangan (hibrida) pelbagai galur. Tidak bisa dimungkiri wacana seni rupa seperti seni konseptual dan gerakan interdisipliner Fluxus di tahun 1960-an sempat mewarnai perjalanan seni media baru – khususnya video generasi pertama. Tetapi kemudian ia meniti jalannya sendiri sejak galur teknologi digital memasuki sejarah perkembangannya. “Apanya yang baru?”, “Hanya berbeda media saja” adalah dua contoh kesangsian yang sering muncul dalam perbincangan media baru. Ini wajar dalam sebuah pergulatan perkembangan yang dinamis, keabsahannya selalu diuji.

Namun perlu juga diingat bahwa teknologi media baru merupakan perkembangan dari teknologi medium yang sebelumnya. Semisal teknologi film merupakan perkembangan dari teknologi fotografi, atau perkembangan komputer dan lain sebagainya. Pada tataran konseptual dan filosofis tentu saja kita masih bisa menarik garis lurus kesamaan antara sebuah bidang lukisan dengan layar komputer, dalam pengertian bahwa keduanya bisa menghasilkan ‘ruang maya yang lain’: Sebuah ‘dunia’ tiga dimensional lain yang dibatasai oleh suatu bidang dan hadir dalam situasi ruang sehari-hari. Dalam tataran itu, perbedaan antara seni media dan seni media baru memang menjadi tidak terlalu penting untuk dipersoalkan.

lebih jauh lg, Herman Susanto menambahkan bahwa media di bawah ini termasuk kedalam intermedia:

-Seni instalasi

-Digital art

-Laser show

-Video mapping

-Performance art

-Botanical art (Mis. Rekayasa bentuk dan warna bunga dengan modifikasi genetik)